Book Review #1 : The Magic Library

90689_f

Pembaca yang baik , 

Buku di tangan Anda ini benar – benar unik. Susah menggambarkan isinya. Tapi, kira – kira seperti ini :

Dua saudara sepupu, Berit dan Nils, tinggal di kota yang berbeda. Untuk berhubungan, kedua remaja ini membuat sebuah buku-surat yang mereka tulisi dan saling kirimkan di antara mereka . Anehnya, ada seorang wanita misterius, Bibbi Bokken yang mengincar buku-surat itu. Bersama komplotannya, tampaknya Bibbi menjalankan sebuah rencana rahasia atas diri Berit dan Nils. Rencana itu berhubungan dengan sebuah perpustakaan ajaib dan konspirasi dunia perbukuan. Berit dan Nils tidak gentar, bahkan bertekad mengungkap misteri ini dan menemukan Perpustakaan Ajaib.

Buku ini juga berisi cerita detektif, cerita misteri, perburuan harta karun, petualangan ala Lima Sekawan, Astrid Lindgren, Ibsen, Klasifikasi Desimal Dewey, Winnie the Pooh, Anne Frank, kisah cinta, korespondensi, teori sastra, teori fiksi, teori menulis, puisi, sejarah buku, drama, film perpustakaan, penerbitan, humor, konspirasi…

Jadi buku ini adalah buku karya Jostein Gaarder pertama yang saya baca. Berawal dari browsing di internet, saya menemukan sumber yang mengatakan bahwa buku – buku karya Jostein Gaarder ini menarik. Sumber yang saya baca mengatakan bahwa buku – buku karya Jostein Gaarder memiliki gaya yang filosofis. Karena kebetulan saya menyukai novel fiksi yang memuat materi filosofis tentu saya sangat tertarik untuk membaca salah satu karya Jostein Gaarder ini .

Pilihan saya jatuh pada buku Perpustakaan Ajaib Bibbi Bokken. Karena menurut sumber – sumber di internet buku ini yang paling gampang dimengerti daripada buku – buku karya om Jostein yang lain. Sebenernya saya ingin baca Misteri Soliter terlebih dahulu, tapi daripada saya nggak selesai bacanya kan lebih baik baca yang enteng – enteng dulu saja.

Review (spoiler may be present)

Cons

Jujur, waktu saya pertama baca buku ini memang bener membosankan. Buku ini terkesan ‘bocah’ banget di bagian awalnya. Di bagian surat menyurat antara Nils dan Berit terasa random banget bagi saya. Kemunculuan karakter antagonisnya pun juga terlalu ‘bocah’. Saya sebenarnya sedikit kecewa dengan buku ini karena tidak sesuai ekspektasi saya. Berdasarkan judulnya dan pembawaan cerita yang terlalu imajinatif, saya mengira Perpustakaan Ajaib Bibbi Bokken akan lebih di eksploitasi lagi. Memang ada bagian dimana tokoh utama berkunjung ke Perpustakaan Ajaib Bibbi Bokken, namun bagian teresebut kurang ter ekspose dan terkesan hanya batu loncatan untuk scene berikutnya. Intinya, akan ada momen dimana kalimat WTF akan muncul di kepala kita waktu membaca nya.

Pros

Buuttt… walaupun buku ini membosankan di awal, kegigihan saya untuk bertahan membaca ternyata tidak sia – sia.

Menurut saya, buku ini menyajikan keadaan terkini tentang dunia perbukuan dengan cara yang unik. Buku ini menggambarkan pertarungan antara buku melawan film dengan sangat indah. Harus kita akui bahwa sekarang sebagian besar dari kita lebih memilih untuk nonton film daripada baca buku. Saya setuju bahwa nonton film memang jauh lebih simpel daripada harus membaca buku. Mungkin pikiran seperti ini lah yang membuat minat baca di kalangan remaja menurun. Nah melalui buku ini Jostein Gaarder menyampaikan keprihatinan nya terhadap kondisi ini dengan sangat baik .

Selain ide brilian yang ingin disampaikan oleh Jostein Gaarder, pembawaan buku ini juga bagus. Walaupun memang menurut saya alur ceritanya membosankan (mungkin karena ekspektasi saya yang berlebihan), buku ini jelas masuk dalam daftar wajib baca.

Conclusion

Mungkin saya harus lebih sering membaca buku karya Jostein Gaarder ini biar saya lebih bisa menerima ide yang ingin disampaikan oleh penulis. Singkatnya, buku ini masuk dalam daftar yang saya akan merekomendasikan untuk dibaca.

Alur yang mungkin membosankan bagi sebagian orang, akan tertutup oleh ide cerita yang brilian dan keindahan pesan yang disampaikan buku ini. Seperti yang saya rasakan, walaupun dari awal saya tidak merasakan greget yang biasa saya rasakan saat membaca suatu novel, namun buku ini seperti menyampaikan melalui setiap kata – kata nya bahwa sesuatu yang spesial telah menunggu saya di bagian akhir buku ini. Hal ini lah yang membuat saya bertahan dapat menyelesaikan novel ini.

Mungkin kata – kata dari Ruhr Nachricht di bawah adalah gambaran paling tepat untuk menggambarkan buku ini  :

“Sebuah surat cinta kepada buku dan dunia penulisan” 

Ruhr Nachricht 

Quotes dari The Magic Library :

“Jadi, sama seperti atom dan molekul bisa menjadi seekor beruang, huruf-huruf tersebut pun dapat menjadi kisah Pooh si Beruang”

“Yang kutahu hanyalah bahwa sebagian besar buku belum ditulis dan ada banyak hal yang tersembunyi dalam dua puluh enam huruf, bahkan lebih banyak daripada yang tersimpan di dalam otak seorang manusia di dunia ini. “